Bagan Myanmar February 21, 2017  

Dari Mandalay kita melanjutkan perjalanan ke Bagan, untuk menghabiskan pergantian tahun

di Bagan, karena pengen nyaman dan enak akhirnya memilih untuk tinggal di Kumudara Hotel.

Sebelum akhirnya pindah ke guest house ( dormitory )

Dari Mandalay ga ada JJ Express bus dengan rute mandalay – bagan, jadi kita naik bus

malam yang saya sendiri enggak tau namanya apa karena tulisannya keriting semua,

Pokoknya JJ bus terbaik, bus yang saya tumpangi untuk sampai di Bagan,

keadaannya jauh berbeda dari JJ Express, harga nya $ 8.50, selimutnya kayak selimut dirumah

yang uda lama ga dipake,  entah uda dicuci apa belum ( ga bau sih, cuma penampilannya

ga seindah selimut JJ express ). AC busnya dingin banget, dan yang paling ngeselin

adalah kita diturunin ditengah jalan subuh-subuh,

supir dan kernek tidak fasih berbahasa inggris, dikeadaan setengah ngantuk

kita disuruh ambil tas kita di bagasi dan pindah ke mobil pick up terbuka yang sudah dimodifikasi

dengan kursi yang memanjang seperti angkot. Bayangkan jam 2 pagi dingin sekali, naik mobil bak terbuka.

Untungnya kita sudah punya tempat tinggal jadi bilang ke supir pick upnya nama hotel kita, karena

ada beberapa orang ( wisatawan perancis ) yang belum booking penginapan. Sehingga dia pasrah

aja ngikut kemana dibawa . Sampainya di penginapan ya molor semua itu receptionistnya  , itu jam 3 pagi.

Tapi dia akhirnya melek juga pas bagian bayar bayar (DASARRR).

Dari hotel sudah terlihat beberapa pagoda pagoda kecil , yang menarik dari hotel ini adalah

view kolam renangnya, sarapan paginya juga enak enak . Kalau kalian ga menginap disini

tapi mau berenang aja bisa lho, bayar $10 sudah dapet handuk, ya siapa tau bosen liat pagoda

dan kepansan pengen berenang dan jacuzzi tapi apa daya tinggal di hostel .

Pilihan untuk explore bagan : Electric Bike, Mobil, Sepeda atau Kuda .

Karena bagan terbagi menjadi Old Bagan dan New Bagan dan saya sendiri memilih tinggal di

New Bagan karena terpikat sama kumudara hotel, ternyata jaraknya tidak begitu jauh kalau

naik ebike . Harga sewa ebike 10.000 kyat (harga hotel tapi enggak pernah gembos), 8000 kyat

( harga penyewaan pinggir jalan, tapi selalu kempes tiap hari, bahkan bisa sehari 2x) .

Monk muda berjalan kaki ke sekolah .

Tenang aja, jalan nya beraspal kok , tapi untuk jalan pintas, atau jalan menuju pagoda

pastinya berpasir dan dipenuhi dedaunan. Kayak gini contohnya, kita nyasar uda liat pagodanya,

tapi males muter nyari jalan besar, terpaksa kesabit-sabit dikit lah betis sama tangan.

Untuk nama pagodanya, wadow saya nyerah dan minta maaf ga bisa jabarin satu persatu, tapi

bakalan ngasi tau beberapa SPOT / PAGODA untuk ngeliat sunset / sunrise .

Salah satu pagoda terbesar di Bagan.

Disekitar pagoda dipenuhi penjual souvenir .

Souvenir yang dijual digantung di pohon – pohon.

Anak-anak pejual postcard yang sangat fasih berbahasa inggris dan mereka suka mengkoleksi

mata uang dari berbagai negara, pas ngobrol mereka uda punya uang 100 perak ( lembaran)

kita tambahin sama koleksi uang 2000 rupiah .

Penemuan terbaik saat di Bagan adalah payung kertas itu, impian banget punya payung kayak gitu.

Sensasi masuk pagoda saat panas-panas dan menginjakkan kaki di marmer, SEGEERRRR.

Bulan December – January saya berkunjung ke Myanmar udaranya bener-bener bagus, bahkan

kebanyakan hari yang kita habiskan disana kita ga pernah liat awan sama sekali.

Gayanya kayak naik Alphard ya, padahal naik Ebike dan gembos terus tiap hari.

Ada kejadian tepat setelah diambil foto ini , kita ke lokasi pagoda yang emang tidak terkenal

tidak besar, atau tidak ramai, jarang ada orang kesana dan tiba – tiba ebikenya Gembos

tanpa sisa dan keluar busa busa , sudah panik karena bingung mau gimana : sepi, ga punya simcard

lokal untuk telefon nomer rental yang tertera di motor . Untungnya datanglah pasangan

Myanmar yang bisa berbahasa inggris , mereka dari Yangon sedang berlibur dan pastinya punya

simcard lokal, dengan baik hati dia telfonin lah si rental kasi tau posisi kita dimana,

pasangan ini melanjutkan perjalanan, kita ngemper di pinggir jalan nunggu si abang rental

dateng, pas dia dateng awalnya kita takut, waduh jangan2 dimarahin ini kita gembosin

mungkin milih jalan yang asal – asalan ( dalam hati ) , ternyata dia datang dengan santainya

bawa peralatan tambal sendiri, dan kita disuruh pindah ke ebike yang dia bawa .

Ini dia tempat bersejarah dimana pengalaman ebike itu gembos untuk pertama kalinya.

Salah satu pagoda yang “bersinar” di Bagan, seperti di Mandalay dan Yangon.

Hari kesekian uda males gaya gaya an bajunya juga uda abis sih , kayak loper koran ya …

Menyempatkan diri ke pasar


Babi babi lagi tidur siang, oh enaknyaaaaa

Salah satu pagoda dengan view yang oke

Payung andalan.

Oke sekarang saatnya membahas sunrise dan sunset karena kedua itu penting dilakukan

dan diabadikan di Bagan.

Menikmati sunrise dari ketinggian dengan balon udara pastinya memiliki daya tarik tersendiri,

apalagi ini jatuh di tanggal 1 january 2017, Yep saya menghabiskan pergantian tahun di Bagan.

Tepat satu tahun yang lalu saya juga merayakan sunrise 2016 pertama

dengan naik balon udara di Capaddocia, Turkey, bukan sombong tapi mau membandingkan

harga naik balon udara di Bagan, jauh lebih mahal, kalau dirupiahkan bisa sampai 5 juta / orang.

Jadi tahun 2017 ini saya hanya menikmati dari bawah saja balon udara melintas .

Kenapa bisa mahal ? berbeda dengan di cappadocia dengan banyaknya operator balon udara

mereka bersaing mematok harga. Sedangkan di Bagan hanya ada 2 operator saja.

Karena ini lagi liburan dan saya sangat males bangun pagi , jadi selama disana saya hanya

melihat sunrise 1x saja ( kadang kalau terlalu banyak tidak bagus ) .. ini pembelaan ..

Pagi itu kita maunya sunrise di Shwesandaw Pagoda super ramai dan akhirnya memutuskan untuk

ke Lawkaoushang Temple dan ternyata super sepi, bandingakn hanya segini orangnya

dibandingkan Shwensandaw yang super padet . Kalau nyari sendiri ya agak susah, kalau naik kuda

atau mobil tinggal bilang ke supirnya . Rekomen deh kesini pas sunrise atau sunset .

Karena super mager jadinya cuma tau satu temple ini aja yang ga ramai .

Tapi hasil ngobrol – ngobrol sama orang lain katanya pagoda ini bagus juga dan tidak begitu ramai :

Bhuleti , Gawdawpalin, North Guni Temple . Selamat mencari para pengejar matahari.

Sunset lebih ramai, karena banyak orang malas bangun pagi kah  ? hehe

Sunset dari Lawkaoushang Temple .

Kalau malas berdesak – desakan di temple mungkin opsi lain

adalah menikmati sunset dengan naik sapi.

Karena terjadi gempa di Bagan beberapa tahun yang lalu banyak temple yang ditutup

akses untuk melihat sunrise / sunset . Bayangkan bangunan begitu tua harus menopang

banyaknya orang yang mau melihat sunrise / sunset .

Naik Ebike dibelakang sapi – sapi ini .

Secara random menemukan bukit ini , viewnya bagus juga .

Kita datang dari arah Bagan Golf Course yang akhirnya tidak sengaja menemukan tempat ini .

Dibandingkan sunrise, kita selalu tidak pernah ketinggalan sunset setiap harinya

selalu mencari tempat – tempat untuk menghabiskan waktu menunggu matahari terbenam .

Hari terakhirnya sebelum malam hari kita kembali ke Yangon kita ditabrak anak kecil,

wah sial .. malam ini bakal naik bus 10 jam lebih ke Yangon , sesampainya di Yangon

langsung flight ke Kuala Lumpur , bisa dibayangkan jauh nya perjalanan yang harus kita tempuh

dengan keadaan “habis tertabrak” . Untungnya masih bisa jalan sih, waktu kejadian saya

pakai celana panjang hijau ( yang kayak loper koran diatas) . Pas ke kamar mandi saya buka

ternyat itu dengkul saya lebam semua, UNGU.

Dikompres kompres pake air dingin biar ga bengkak, untungnya malam hari saat di bus .

Tidak senut senut parah dan saya bisa tidur pulas sampai di Yangon .

Ini sungai bukan Infinity Pool .

Setelah saya sampai di Bali saya baru mikir – mikir sendiri. Ya ampun apa kejadian terakhir itu karna

kualat ya ? Kualat Kenapa ? hmmmm yang sabar ya mungkin ini sedikit panjang ceritanya …..

Kalau mengingat tulisan di paling atas yang menjelaskan kronologi waktu kedatangan di Bagan

yaitu subuh, pihak hotel lagi ngantuk – ngantuknya . Ga sempet kasi tau perihal keharusan

membeli tiket masuk kawasan Bagan . Namanya Bagan archeological entrance seharga 25.000 kyat/orang.

Kita juga hari pertama dan kedua , selalu aman – aman saja keluar masuk pagoda yang besar atau kecil

ga pernah ditanya tiket. Sampailah dihari ketiga kita ke salah satu Pagoda dan ditanya tiket .

Awalnya kita kebingungan tapi akhirnya kita ngeh, “oh ya seperti di Mandalay” .

Tapi keselnya kenapa baru sekarang kita tahu ? yang notabe nya kita akan pulang besok !

Huft, yauda akal – akalan aja kita bilang enggak bawa uang segitu dan diperbolehin masuk

dengan syarat musti segera beli tiket ya kalau sudah ke ATM . Kejadian kedua saat sunrise

kita mau liat sunrise dari pagoda yang lumayan besar dan pemeriksaannya terlebih – lebih

ketat, dari situlah kita memutuskan untuk ke pagoda yang lebih kecil dan sepi yang

pastinya tidak ada pemeriksaan dan kita selalu lolos pemeriksaan sampai hari terakhir,

TAPI ya itu kualatnya kali ya kita di tabrak bocah SMP . Ebike vs Motor Bergigi,

mana dia kabur lagi abis nabrak ……. sial …….. makanya kapok deh.

Semoga kalian yang baca tulisan ini kalau mau ke Bagan tidak meniru apa yang saya lakukan.

Maaf ya bagan , aku kembali lagi deh nanti ( bayar ) .